SangekNihh - Ngentot Lala Teman Sekantorku - Kali ini
SangekNihh akan menceritakan Cerita Sex Terbaru ketika Ngentot Lala Teman
Sekantorku. Mau tahu kelanjutan ceritanya? Langsung aja yuk baca dan simak
baik-baik pengalamanku ini.
Sudah lama saya memendam birahi pada Lala. Meski sudah
bersuami, Lala tetap putih mulus segar sekujur tubuhnya. Usianya 29, dan belum punya anak. Dia mengenakan
baju yang membalut tubuhnya rapat. Kecuali gaun bawahnya, dengan belahan di
samping hingga setengah betis, kadang tersingkap, memperlihatkan betis
mulusnya! Penis saya mengeras, dan lebih keras lagi mengacung saat melihat
tumit kakinya yang kemerahan. Saya membayangkan bagaimana liuk betis kakinya
bila saya gauli. Bahkan sering saya onani di depan Lala tanpa dia tahu. Penis
saya ngaceng mengintip lekuk tubuhnya, bulu halus kemerahan sekujur lengannya
yang putih pucat. Wajah manisnya, wow menyiratkan wanita alim tapi sudut
matanya tajam penuh birahi.
Lala menunduk saat bertabrakan pandang mata dengan saya,
pura-pura alim, lalu melirik celana saya. Parasnya memerah melihat gundukan di
celana saya, kembang kempis. Saya balas dengan godaan sex saya ini
terang-terangan pada Lala karena ia mengolok saya bujang tua.
Hari itu saya datang pagi ke kantor jam 6.30. Kantor masuk
jam 8. Jadi masih sepi. Tiba-tiba saya berpapasan dengan Lala yang baru keluar
dari kamar mandi. Lala tengah merapikan kancing bajunya. Saya terpana melihat
mulusnya belahan dadanya hingga lehernya yang selama ini tertutup rapat. Lala gugup
menatap saya, lalu cepat merapikan bajunya.
Pagi itu Lala pakai setelan coklat, sepatu hak rendah yang memperlihatkan tumit
bundarnya yang kemerahan dan lentik jari kaki yang halus. Saat berjalan
pantatnya bergoyang, saya lihat lekukan cdnya membekas jelas berbentuk
segitiga. Posturnya 162cm dengan berat 50kg, sangat montok.
Saat dia menaiki tangga, karena kamar kecil di bawah, dia
berhenti sebentar. Sepertinya disengaja, dia berdiri di atas saya pada anak
tangga yang di bawahnya ada celah-celah lebar sehingga saat saya termangu di
bawahnya, saya lihat jelas paha mulus hingga betisnya seolah dipamerkan pada
saya! Lala pura-pura merapikan bajunya. Penis saya demikian tegang. Di wc saya
kencing sedikit, lalu saya tarik-tarik penis saya hingga kencang.
Keluar kamar mandi saya lupa mengancing risleting. Yang saya
ingat kemulusan perempuan sok alim dengan bagian tubuhnya yang selama ini
rapat, tersingkap. Membuat saya ingin merogohi Lala, menelanjanginya, lalu
menyetubuhinya. Biarpun bersuami, saya tak peduli. Saya bergegas ke ruangan Lala,
yang berukuran 3x4 m. Saat masuk dengan terengah, Lala malah menatap saya
dengan mata menggoda, senyum sinis. Lala berjalan menuju jendela, memantati
saya. Sich, tu pantat!
Saya tarik lengan Lala. Tapi ia menolak saya setengah
enggan. Matanya melirik saya penuh arti. Dengan sentakan kuat saya rangkul
seluruh tubuh Lala. Bibirnya mendesah, dipalingkannya parasnya yang montok baby
face yang memerah. Saya tekan tubuhnya ke dinding. Lala pura-pura menolak. Saya
angkat agak tinggi, saya lebarkan kakinya hingga kedua pahanya saya sangga
dengan paha saya. Gaun bawahnya lebar hingga ia leluasa mengangkang. Saya
tekankan penis saya keras-keras ke selangkangnya, saya tepatkan pada gundukan
kemaluan Lala. Seperti onani, saya tekankan penis saya yang mengeras pada
selangkangnya. Saya tekankan berkali-kali penis saya pada kemaluan Lala.
Meski masih berpakaian, saya pastikan Lala juga merasakan
penis saya menegang. Saya rasakan kemaluannya berdenyut-denyut. Tak ada erangan
keras, hanya desah napas terengah tertahan, malu tapi bergairah, dari mulut
‘nyonya’ Lala. Wajahnya memerah, Lala memalingkan wajah saat hendak saya cium.
Sodokan, tekanan penis saya pada celah selangkangnya makin saya percepat, saya
perhebat. Saya singkap kain dadanya, saya ciumi lehernya hingga dadanya. Lala mulai
merangkulkan lengan ke bahu saya, memperkuat tumpuan pada kaki kirinya yang
kini berjinjit mengimbangi sodokan-sodokan keras kasar dari penis saya.
Saya remas-remas susunya meski masih berpakaian.
Selangkangnya melebar mencari tumpuan, kaki kanan Lala berpangku di paha kanan
saya. Sepatunya hampir lepas pada kakinya. Napsu saya berkobar melihat tumitnya
dan jari lentik kakinya bergelinjang menggeliat mengikuti birahi Lala merasakan
tekanan sodokan keras secara tak langsung dari penis saya ke kemaluan perempuan
ini. Makin saya perhebat, makin tersentak-sentak tubuh montok Lala ke dinding.
Bibirnya yang merah menganga mendesah, menahan nikmat.
Saya rasakan penis saya sampai pada ketegangan puncak.
Tiba-tiba Lala melepas pelukannya. Tangan kirinya bergerak cepat. Tangan halus
mulus itu nyelonong masuk celana saya yang terbuka risletingnya. Lala menarik
keluar penis saya yang membesar. Lala menatap nanar. Rupanya dia kaget. Selain
saya kira penis saya beda jauh dengan punya suaminya, juga karena belum
disunat. Tangan Lala yang halus lembut menarik-narik batang penis saya.
Nikmaaat, oh Lala... Tanpa ragu digosoknya kulup saya dengan ibu jari Lala,
lalu kepala kencing saya dimainkannya dengan kelingking Lala.
Tak tahan ingin saya cumbu mulut Lala, tapi ia berpaling.
Tiba-tiba Lala merosot. Penis saya langsung dikulum. Penuh ke dalam mulut Lala.
Ia mengisap penis saya, kedua tangannya memegangi pinggang saya. Saya
terangsang melihat Lala tengadah pasrah dengan penis saya dikulumannya.
Dengan kasar saya angkat bawah gaun Lala. Mata saya nanar
menatap paha mulus putih pucat dengan semburat merah jambu di celah cdnya. Saya
gosok-gosok paha Lala, tubuhnya bergetar hebat. Saya tarik celah cdnya.
Vaginanya yang mungil mengintip dengan bibirnya berdenyut. Saya remasi kelamin Lala,
saya kuak bulu-bulu pirang di kelaminnya. Saya sentuh, saya usap kasar itilnya.
Lala terpaku, tubuhnya tak kuat dengan siksaan nikmat sexual yang kurang ajar
saya lakukan padanya, bahkan mungkin suaminya belum pernah memperlakukannya
begini.
Vagina Lala penuh lendir, entah berapa kali Lala orgasme.
Segera saya entot Lala. Penis saya seperti memasuki liang sempit bergerinjal
yang berdenyut, memijit nikmat. Saya sodok-sodok memek Lala dengan cepat,
kasar, keras. Satu menit kemudian saya rasakan paha Lala mengencang, menegang,
lalu mengejang. Penis saya penuh dengan lendir memek Lala. Dia sudah orgasme,
peluh berleleran di wajah Lala. Saya sodok beberapa kali lalu cuur… cuuurr…
crooott… croooootttt... Lala bahkan membiarkan penis saya muncrat.
Lala bahkan membiarkan penis saya muncrat dalam liang
memeknya, menghujam-hujam kemaluannya hingga merah membengkak. Saat dia
mengaduh, saya hentikan kocokan kasar penis saya dalam memek Lala. Saking
horny, cd Lala saya robek. Lala menarik penis saya. Lalu dia jongkok sambil
mengangkat gaunnya. Mani saya meleleh keluar dari lubang senggama Lala.
Perempuan itu membersihkan sperma saya di memeknya dengan cdnya yang saya
robek. Tangan kirinya masih meremas penis saya, membawa saya muncrat lagi.
Seperti memeras, Lala meremasi penis saya hingga muncratan mani saya
dihisapnya, Lala mengulum dan mengisap penis saya. Aaaahhh... Lala...
Setelah persetubuhan kami, seperti tak ada apa-apa terjadi. Lala
bahkan memasukkan penis saya, lalu menutup risleting celana saya. Lala melipat
cdnya yang saya robek ke dalam tas mungilnya. Saya pandangi Lala yang tengah
memperbaiki riasannya. Lala mengedip genit. Saat akan keluar dia mencegat saya,
mengangkat gaunnya. Saya raba kemaluannya yang bugil, menantang. Lala melenguh.
Kali ini Lala membiarkan saya pagut bibirnya. Saya kulum mulut Lala, mengadu
lidah hingga Lala menggelinjang hebat, apalagi kemaluan Lala saya acak adut tak
karuan, hingga perempuan ini sampai klimax entah keberapa kali.
“Eeghhh... maaaass… aku kok... keluar lagiihh… ekhh… aahhh…
mmhhh... remas yang keras...”
0 komentar:
Post a Comment