SangekNihh – Wanita Jakarta Yang Ku Temui - Kali ini
SangekNihh akan menceritakan Cerita Sex Terbaru tentang Wanita Jakarta Yang Ku Temui. Mau tahu kelanjutan ceritanya?
Langsung aja yuk baca dan simak baik-baik pengalamanku ini.
Waktu itu aku semester 4 di tahun 2015 aku berkenalan dengan cewek yang bernama Lusi, usiaku saat itu 22 tahun sedangkan dia 24 tahun, saat itu Lusi bekerja di salah
satu perusahaan swasta sebagai progamer, awal pertemuan kita berasal dari
chatroom lam keloamaan kita saling akrab dan pernah ketemuan. Setelah
persahabatan kami berjalan 1 tahun akhirnya kami mempunyai kesempatan untuk
ber-copy darat. Aku memperoleh kesempatan untuk berlibur di Jakarta. Singkat
cerita akupun sampai di Bandara Internasional Soekarno-Hatta dan dengan
berbekal beberapa lembar foto kirimannya, aku sore harinya pergi ke Mall Taman
Anggrek untuk menemuinya.
Pertama sekali kumelihatnya, aku sungguh terpana. Bagiku, Lusi lebih
cantik aslinya ketimbang di fotonya. Ditunjang lagi oleh penampilannya yang
semakin dewasa yang disesuaikan dengan profesinya kini sebagai programer
software di PT JS di kawasan Gatot Subroto Jaksel.
Hal ini membuat aku semakin tertarik dengannya dan membuat
birahiku naik secara perlahan-lahan. Setelah bertemu, kami berdua mengelilingi
Taman Anggrek hingga malam dan dinner disana. Setelah dinner kami berkesempatan
mengelilingi Jakarta dan akhirnya kami pulang dan kuantar dia sampai ke
rumahnya di kawasan Duri Kepa Jakarta Barat.
Pertemuan itu membawa kenangan tersendiri bagiku dan oleh
sebab itu aku kembali mengajak Lusi keluar jalan-jalan keesokan harinya yang bertepatan dengan
malam minggu. Keesokan harinya, pagi-pagi benar aku menjemput Lusi setelah itu kami
pergi makan pagi bersama dan mengelilingi Jakarta beserta mallnya hingga jam 10
malam.
Sebenarnya aku masih sangat ingin bersamanya hingga larut
malam, namun Lusi menolak karena katanya tidak ada yang menjaga rumah, sebab
Papa, Mama, Koko, Kakak ipar dan Dedenya sedang ke Bogor menghadiri kondangan
familinya.
Sebenarnya aku kecewa juga mendengar penolakannya itu, tapi
kekecewaanku ternyata tidak lama. Terbukti Lusi waktu itu langsung mengajakku untuk
menginap di rumahnya, karena dia tidak berani tidur sendirian.
Akupun tidak mengiyakan secara langsung penawarannya itu,
aku berpikir beberapa menit. Setelah berpikir beberapa menit aku pun mengiyakan
tawaran Lusi dan
tampaknya ia sangat senang sekali. Akhirnya kami sampai di rumahnya pukul 10
lewat 30 malam.
Segera setelah turun dari mobil, Lusi membuka pintu
pagar dan pintu rumah. Lalu akupun masuk ke dalam rumahnya yang lumayan besar
itu dan menempelkan pantatku pada kursi sofa di ruang tamunya.
Seketika itu pikiranku melayang-layang membayangkan
seandainya aku dapat menyalurkan hasratku pada Lusi. Terus terang saja, selama ini aku selalu horny jika mendengar
suara dari Lusi
dan aku pun selalu beronani membayangkan sedang menyetubuhinya.
Bahkan tidak jarang pada saat kutelepon dia, aku sedang
naked dan beronani sambil bertelepon dengan dia dan Lusi pun tahu semuanya
itu. Setelah mengunci pintu rumahnya, Lusi permisi padaku untuk mandi dan aku pun
mengiyakannya.
Mendengar Lusi mau mandi pikiranku bertambah kotor setelah sebelumnya aku
membayangkan bisa menyetubuhinya. Lalu dengan langkah berjingkat-jingkat
kuikuti langkah Lusi yang berjalan ke arah kamar mandi di ruang makan hingga aku
melihat Lusi masuk
ke dalam kamar mandi dan mengunci pintunya.
Akupun segera memutar otakku mencari celah agar dapat
mengintip Lusi. Namun belum
sempat aku mendapatkan cara mengintip yang pas, tiba-tiba Lusi keluar dari kamar
mandi dengan naked dan berteriak karena ada kecoa. Aku yang melihat Lusi keluar
dengan naked hanya bisa terpaku dan diam. Mataku langsung tertuju pada dua
daging kenyal yang bergantung di dadanya.
Sungguh indah sekali buah dada Lusi yang berukuran 34 A (kuketahui ukurannya, karena aku pernah menanyakan ukuran bra nya lewat SMS
dan dia pun memberitahu aku) dengan putingnya yang berwarna kecoklatan.
Ingin rasanya lidahku langsung menyeruput wilayah dadanya
itu. Pandangan mataku kini tertuju pada lubang vaginanya yang ditumbuhi oleh
ilalang asmara walaupun tidak begitu lebat. Penisku pun langsung bangkit dan
berdiri tegak.
Waktu itu yang hanya ada di pikiranku hanyalah bagaimana
caraku untuk meniduri Lusi.
Tanpa pikir panjang akupun mendekati Lusi dan kurangkul tubuhnya lalu kutempelkan
bibirku pada bibirnya yang lembut mereka itu.
Lusi tidak memberikan perlawanan bahkan ia pun mengulum bibirku.
“Ah..” dia mendesah. Aku pun semakin berani setelah
mendengar desahannya itu. Lidahku keluar masuk ke rongga mulutnya yang mungil
dan tanganku pun bergerilya meremas-remas dan terkadang meraba-raba onggokan
daging kenyal di dadanya sambil memilin-milin putingnya yang sudah mulai
mengeras.
Sementara itu ia juga mulai mencoba menarik resleting
celanaku dan tanpa kesulitan dia berhasil menurunkan celanaku dan menarik
kaosku serta melemparnya ke lantai kamar mandi. Saat itu, ia sedikit terkejut,
ketika tanpa sengaja tangannya menyentuh penisku yang masih dilapisi oleh
celdamku.
“Oh.. Very big kamu Win” Aku
hanya menanggapinya dengan senyum dan tanganku masih bekerja memilin-milin
puting susunya. Ciumanku mulai kuarahkan ke lehernya dan terus turun ke bawah
dan berhenti di bagian putingnya.
Di sini aku permainkan putingnya yang indah itu dengan
lidahku. Terkadang kuemut, kuhisap dan kugigit lembut putingnya itu, sehingga
membuat Lusi tak
kuasa untuk menahan hawa nafsunya yang sudah hampir meledak.
Tampaknya ia juga sudah tidak sabar untuk melihat dan
merasakan penisku karena Lusi sedang berusaha menarik turun sempakku. Dan kemudian tanpa
halangan yang berarti Lusi akhirnya berhasil menurunkan celdamku.
“Jangan disini Lus,
kita cari tempat yang enak, ok? Gimana kalau kita maen di kamar kamu Lus?” “Oh iya.. Enakan di kamar
gue. Kita bisa ngent*t sampe puas”.
Lalu kugendong tubuhnya ke loteng dan kubawa ke dalam kamar
tidurnya dan selanjutnya kurebahkan tubuh bugilnya diatas ranjang alga yang empuk.
Tanpa menunggu lebih lama lagi, segera kuhisap puting susunya yang sudah
semakin mengeras lagi.
“Ah.. Win,”
pekiknya.
“Lus..
Toket loe indah buanget. Gue suka buanget sama toket loe,” celetekku dengan
penuh nafsu.
“Terus Win..
Oh.. Geli..” desahnya. Mendengar desahannya aku semakin bernafsu. Lambat laun
ciumanku merambat turun ke pusarnya lalu ke gundukan di selangkangannya.
Kemudian kumainkan clitorisnya dengan lidahku dan aku terus memasukkan ujung
lidahku ke dalam lubang vaginanya yang harum itu.
Kemudian dia mengangkat pinggulnya dan berseru, “Oh.. My
god.. Is very great.. Oh.. God..” Sementara aku masih mempermainkan wilayah
vaginanya dengan lidahku, Lusi semakin kencang menggoyang-goyangkan pinggulnya, kemudian
dengan tiba-tiba dia berteriak,
“Win..
aku.. ke.. lu.. aarr..” dan seketika itu tubuh Lusi mengejang dan matanya terpejam. Sementara
itu di gua keramatnya terlihat cairan kewanitaannya membanjiri vaginanya.
Kuhisap cairannya itu dan kurasakan manis bercampur asin dengan aroma yang wangi
dan hangat.
Kuhisap cairannya dengan rakus sampai habis dan tubuhku
kembali merambat ke atas menghisap putingnya kembali yang tampak indah bagiku.
Rasanya bibirku masih belum puas menyusui putingnya itu.
Tak lama kemudian kulihat Lusi kembali menggeliat-geliat dan
mendesah-desah. Ia tampak terangsang kembali dan memintaku untuk segera
memasukkan penisku yang berukuran 16 cm dengan diameter 3 cm ke dalam gua
keramatnya yang sudah basah sekali.
“Ayo.. Win..
Masukkan tongkolmu ke memiawku. Gue sudah enggak tahan lagi,” pintanya. Tanpa
menunggu lebih lama lagi kuarahkan penisku ke dalam lubang vaginanya dan secara
perlahan-lahan namun pasti penisku pun mulai menyeruak masuk ke dalam lubang
vaginanya yang masih sempit (maklumlah Lusi masih virgin) dan akhirnya penisku
berhasil masuk 3/4 ke dalam lubang vaginanya.
“Aduh.. Pelan-pelan ya, please,” erangnya sedikit tertahan.
Kembali kutekan penisku untuk masuk ke lubang vaginanya secara perlahan
sehingga akhirnya aku berhasil memasukkan semua penisku ke dalam lubang
vaginanya dan menyentuh dasar vaginanya.
“Oh.. Nikmat buanget..” katanya yang disertai dengan desahan
halus. Aku semakin bernafsu untuk menggenjotnya setelah mendengar desahan dan
erangannya. Semakin dia mendesah, aku semakin mempercepat genjotanku di lubang
vaginanya.
“Oh.. Win..
ak.. uu.. suudahh.. ma.. uu.. kke.. luarr.. rr.. laggii..” “Tahan Lus.. aku juga.. u.. da.. mau..
ke.. luuaarr, keluarkan di.. mana.. Lus?” tanyaku.
“Di.. Da..” Belum sempat ia menjawab, aku sudah tak bisa
menahannya lagi, sehingga akibatnya, Crot.. Crot.. Crot.. Crot..! Beberapa kali
penisku menembakkan maniku yang banyak ke dalam lubang vaginanya dan saat itu
juga aku merasakan cairan hangat Lusi beserta aliran darah perawannya menyelimuti batang penisku yang
masih tegak di dalam vaginanya.
“Terima kasih Lus..
Kamu sudah memberikan aku kenikmatan malam ini..” ujarku sambil mengecup lembut
bibirnya dan menarik keluar penisku.
“Aku juga ingin terima kasih ke kamu, karena telah memuaskan
nafsuku untuk melakukan hubungan sex denganmu yang selama ini kupendam dalam
anganku,” katanya tanpa malu-malu dengan mata yang sayu.
“Ayo.. Kita mandi berdua,” ajaknya sambil menarik tanganku.
Dan di kamar mandi itu, batang penisku kembali bereaksi ketika Lusi mengelus-elusnya.
Tanpa malu-malu aku langsung menarik pinggang Lusi dan menyuruhnya menungging ke arahku.
Aku pun secara perlahan lahan memasukkan penisku yang sudah
menegang ke sela-sela pantatnya yang tidak begitu besar. Sejenak, Lusi tersentak,
namun hal itu hanya berlangsung sebentar saja, karena Lusi kemudian
menggerak-gerakkan pinggulnya ketika dirasakan penisku sudah masuk semuanya ke
dalam lubangnya.
“Ah.. Win..
a.. kk.. uu.. ke.. ll.. uu.. aa.. rr.. l.. aa.. g.. ii..” erangnya dengan
lembut. “A.. k.. u.. juu.. ggaa..” kataku sambil menyemprotkan maniku ke lubang
vaginanya kembali. Setelah itu kami melanjutkan acara mandi kembali dan setelah
mandi, sebelum tidur, aku mengent*tnya sekali lagi.
0 komentar:
Post a Comment