SangekNihh - Ku Cumbui Teman Satu Kost - Kali ini SangekNihh
akan menceritakan Cerita Sex Terbaru ketika Ku Cumbui Teman Satu Kost. Mau tahu
kelanjutan ceritanya? Langsung aja yuk baca dan simak baik-baik pengalamanku
ini.
Pengalaman ini kualami beberapa hari sebelum bulan-bulan
sibukku yang lalu di tempat kost. Di tempat kost kami berlima dan hanya ada
satu-satunya cewek di kost ini, namanya Vina. Aku heran ibu kost menerima anak perempuan di kost ini. Oh,
rupanya Vina bekerja
di dekat kost sini.
Vina cukup cantik dan kelihatan sudah matang dengan usianya yang
relatif sangat muda, tingginya kira-kira 160 cm. Yang membuatku bergelora
adalah tubuhnya yang putih dan kedua buah dadanya yang cukup besar. Ahh, kapan
aku bisa mendapatkannya, pikirku. Menikmati tubuhnya, menancapkan penisku ke
vaginanya dan menikmati gelora kegadisannya.
Perlu pembaca ketahui, umurku sudah 25 tahun. Belum menikah
tapi sudah punya pacar yang jauh di luar kota. Soal hubungan seks, aku baru
pernah dua kali melakukannya dengan wanita. Pertama dengan Bu Evi, teman sekantorku dan dengan Fanny. Dengan pacarku, aku belum
pernah melakukannya.
Kami berlima di kost ini kamarnya terpisah dari rumah induk
ibu kost, sehingga aku dapat menikmati gerak-gerik Vina dari kamarku yang
hanya berjarak tidak sampai 8 meter. Yang gila dan memuncak adalah aku selalu
melakukan masturbasi minimal dua hari sekali. Aku paling suka melakukannya di
tempat terbuka. Kadang sambil lari pagi, aku mencari tempat untuk melampiaskan
imajinasi seksku.
Sambil memanggil nama Vina, crot crot crot.., muncratlah spermaku, enak dan lega walau
masih punya mimpi dan keinginan menikmati tubuh Vina. Aku juga suka melakukan masturbasi di rumah, di luar kamar di
tengah malam atau pagi-pagi sekali sebelum semuanya bangun. Aku keluar kamar
dan di bawah terang lampu neon atau terang bulan, kutelanjangi diriku dan
mengocok penisku, menyebut-nyebut nama Vina sebagai imajinasi senggamaku. Bahkan, aku
pernah melakukan masturbasi di depan kamar Vina, kumuntahkan spermaku menetesi pintu kamarnya. Lega rasanya
setelah melakukan itu.
Vina kuamati memang terlihat seperti agak binal. Suka pulang agak
malam diantar cowok yang cukup altletis, sepertinya pacarnya. Bahkan beberapa
kali kulihat suka pulang pagi- pagi, dan itu adalah pengamatanku sampai
kejadian yang menimpaku beberapa hari sebelum bulan itu.
Seperti biasanya, aku melakukan masturbasi di luar kamarku.
Hari sudah larut hampir jam satu dini hari. Aku melepas kaos dan celana pendek,
lalu celana dalamku. Aku telanjang dengan Tangan kiri memegang tiang dan tangan
kanan mengocok penisku sambil kusebut nama Vina. Tapi tiba-tiba aku terhenti mengocok penisku, karena memang Vina entah
tiba-tiba tengah malam itu baru pulang.
Dia memandangiku dari kejauhan, melihat diriku telanjang dan
tidak dengan cepat-cepat membuka kamarnya. Sepertinya kutangkap dia tidak grogi
melihatku, tidak juga kutangkap keterkejutannya melihatku. Aku yang terkejut.
Setelah dia masuk kamar, dengan cuek kulanjutkan
masturbasiku dan tetap menyebut nama Vina. Yang kurasakan adalah seolah aku menikmati tubuhnya,
bersenggama dengannya, sementara aku tidak tahu apa yang dipikirkannya
tentangku di kamarnya. Malam itu aku tidur dengan membawa kekalutan dan keinginan
yang lebih dalam.
Paginya, ketika aku bangun, sempat kusapa dia.
“Met pagi..” kataku sambil mataku mencoba menangkap arti
lain di matanya.
Kami hanya bertatapan.
Ketika makan pagi sebelum berangkat kantor juga begitu.
“Kok semalam sampai larut sih..?” tanyaku.
“Kok tak juga diantar seperti biasanya..?” tanyaku lagi
sebelum dia menjawab.
“Iya Mas, aku lembur di kantor, temenku sampai pintu gerbang
saja semalam.” jawabnya sambil tetap menunduk dan makan pagi.
“Semalam nggak terkejut ya melihatku..?” aku mencoba
menyelidiki.
Wajahnya memerah dan tersenyum. Wahh.., serasa jantungku
copot melihat dan menikmati senyum Vina pagi ini yang berbeda. Aku rasanya dapat tanda- tanda nih,
sombongnya hatiku.
Rumah kost kami memang tertutup oleh pagar tinggi tetangga
sekeliling. Kamarku berada di pojok dekat gudang, lalu di samping gudang ada
halaman kecil kira-kira 30 meter persegi, tempat terbuka dan tempat untuk
menjemur pakaian. Tanah ibu kostku in cukup luas, kira-kira hampir 50 X 100 m.
Ada banyak pohon di samping rumah, di samping belakang juga. Di depan kamarku
ada pohon mangga besar yang cukup rindang.
Rasanya nasib baik berpihak padaku. Sejak saat itu, kalau
aku berpapasan dengan Vina atau berbicara, aku dapat menangkap gejolak nafsu di dadanya
juga. Kami makin akrab. Ketika kami berbelanja kebutuhan Puasa di supermarket,
kukatakan terus terang saja kalau aku sangat menginginkannya. Vina diam saja dan
memerah lagi, dapat kulihat walau tertunduk.
Aku mengajaknya menikmati malam Minggu tengah malam kalau
dia mau. Aku akan menunggu di halaman dekat kamarku, kebetulan semua teman-
teman kostku pulang kampung. Yang satu ke Solo, istrinya di sana, tiap Sabtu
pasti pulang. Yang satunya pulang ke Temanggung, persiapan Puasa di rumah.
Aku harus siapkan semuanya. Kusiapkan tempat tidurku dengan
sprei baru dan sarung bantal baru. Aku mulai menata halaman samping, tapi tidak
begitu ketahuan. Ahh, aku ingin menikmati tubuh Vina di halaman, di meja, di rumput dan di
kamarku ini. Betapa menggairahkan, seolah aku sudah mendapat jawaban pasti.
Sabtu malam, malam semakin larut. Aku tidur seperti
biasanya. Juga semua keluarga ibu kost. Aku memang sudah nekat kalau seandainya
ketahuan. Aku sudah tutupi dengan beberapa pakaian yang sengaja kucuci Sabtu
sore dan kuletakkan di depan kamarku sebagai penghalang pandangan. Tidak lupa,
aku sudah menelan beberapa obat kuat/perangsang seperti yang diiklankan.
Tengah malam hampir jam setengah satu aku keluar. Tidak
kulihat Vina mau
menanggapi. Kamarnya tetap saja gelap. Seperti biasa, aku mulai melepasi bajuku
sampai telanjang, tangan kiriku memegangi tiang jemuran dan tangan kananku
mengocok penisku. Sambil kusebut nama Vina, kupejamkan mataku, kubayangkan sedang menikmati tubuh Vina. Sungguh mujur aku waktu itu.
Di tengah imajinasiku, dengan tidak kuketahui kedatangannya, Vina telah ada di
belakangku.
Tanpa malu dan sungkan dipeluknya aku, sementara tanganku
masih terus mengocok penisku. Diciuminya punggungku, sesekali digigitnya, lalu
tangannya meraih penisku yang menegang kuat.
“Vina.. Vina.. achh.. achh.. nikmatnya..!”
desahku menikmati sensasi di sekujur penisku dan tubuhku yang terangkat
tergelincang karena kocokan tangan Vina.
“Uhh.. achh.. Vina,
Vina.. ohh.. aku mau keluar..
ohh..” desahku lagi sambil tetap berdiri.
Kemudian kulihat Vina bergerak ke depanku dan berlutut, lalu
dimasukkannya penisku ke mulutnya.
“Oohh Vinaaaa..
Uhh Vinaaa.., Saarrii..
Nikmat sekali..!” desahku ketika mulutnya mengulumi penisku kuat- kuat.
Akhirnya aku tidak dapat menahannya lagi, crott.. crot..
crot.., spemaku memenuhi mulut Vina,
membasai penisku dan ditelannya. Ahh anak ini sudah punya pengalaman rupanya,
pikirku.
Lalu Vina berdiri dengan mulut yang masih menyisakan spermaku, aku
memeluknya dan menciuminya. Ahh.., kesampaian benar cita- citaku menikmati
tubuhnya yang putih, lembut, sintal dan buah dadanya yang menantang.
Kulumati bibirnya, kusapu wajahnya dengan mulutku. Kulihat
dia memakai daster yang cukup tipis. BH dan celana dalamnya kelihatan
menerawang jelas. Sambil terus kuciumi Vina, tanganku berkeliaran merayapi punggung, dada dan pantatnya.
Ahh.. aku ingin menyetubuhi dari belakang karena sepertinya pantatnya sangat
bagus. Aku segera melepaskan tali telami dasternya di atas pundak, kubiarkan
jatuh di rumput.
Ahh.., betapa manis pemandangan yang kulihat. Tubuh sintal Vina yang
hanya dibalut dengan BH dan celana dalam. Wahh.., membuat penisku mengeras
lagi. Kulumati lagi bibirnya, aku menelusuri lehernya.
“Ehh.., ehh..!” desis Vina menikmati cumbuanku.
“Ehh.., ehh..!” sesekali dengan nada agak tinggi ketika
tanganku menggapai daerah- daerah sensitifnya.
Kemudian kepalanya mendongak dan buah dadanya kuciumi dari
atas. O my God, betapa masih padat dan montok buah dada anak ini. Aku mau
menikmatinya dan membuatnya mendesis- desis malam ini. Tanganku yang nakal
segera saja melepas kancing BH-nya, kubuang melewati jendela kamarku, entah
jatuh di mana, mungkin di meja atau di mana, aku tidak tahu. Uhh.., aku segera
memandangi buah dada yang indah dan montok ini. Wah luar biasa, kuputari kedua
bukitnya. Aku tetap berdiri. bergantian kukulumi puting susunya. Ahh..,
menggairahkan.
Terkadang dia mendesis, terlebih kalau tangan kananku atau
kiriku juga bermain di putingnya, sementara mulutku menguluminya juga. Tubuhnya
melonjak- lonjak, sehingga pelukan tangan kanan atau kiriku seolah mau lepas. Vina menegang,
menggelinjang-gelinjang dalam pelukanku. Lalu aku kembali ke atas, kutelusuri
lehernya dan mulutku berdiam di sana. Tanganku sekarang meraih celana dalamnya,
kutarik ke bawah dan kubantu melepas dari kakinya. Jadilah kami berdua
telanjang bulat.
Kutangkap kedua tangan Vina dan kuajak menjauh sepanjang tangan, kami
berpandangan penuh nafsu di awal bulan ini. Kami sama-sama melihat dan
menjelajahi dengan mata tubuh kami masing- masing dan kami sudah saling lupa
jarak usia di antara kami. Penisku menempel lagi di tubuhnya, enak rasanya. Aku
memutar tubuhnya, kusandarkan di dadaku dan tangannya memeluk leherku.
Kemudian kuremasi buah dadanya dengan tangan kiriku, tangan
kananku menjangkau vaginanya. Kulihat taman kecil dengan rumput hitam cukup
lebat di sana, lalu kuraba, kucoba sibakkan sedikit selakangannya. Vina tergelincang
dan menggeliat-geliat ketika tanganku berhasil menjangkau klitorisnya. Seolah
dia berputar pada leherku, mulutnya kubiarkan menganga menikmati sentuhan di
klitorisnya sampai terasa semakin basah.
Kubimbing Vina mendekati meja kecil yang kusiapkan di samping gudang. Kusuruh
dia membungkuk. Dari belakang, kuremasi kedua buah dadanya. Kulepas dan kuciumi
punggungnya hingga turun ke pantatnya. Selangkangannya semakin membuka saja
seiring rabaanku.
Setelah itu aku turun ke bawah selakangannya, dan dengan
penuh nafsu kujilati vaginanya. Mulutku menjangkau lagi daerah sensitif di
vaginanya sampai hampir-hampir kepalaku terjepit.
“Oohh.., ehh.., aku nggak tahan lagi.., masukkan..!”
pintanya.
Malam itu, pembaca dapat bayangkan, aku akhirnya dapat
memasukkan penisku dari belakang. Kumasukkan penisku sampai terisi penuh liang
senggamanya. Saat penetrasi pertama aku terdiam sebelum kemudian kugenjot dan
menikmati sensasi orgasme. Aku tidak perduli apakah ada yang mendengarkan
desahan kami berdua di halaman belakang. Aku hanya terus menyodok dan
menggenjot sampai kami berdua terpuaskan dalam gairah kami masing-masing.
Aku berhasil memuntahkan spermaku ke vaginanya, sementara
aku mendapatkan sensasi jepitan vagina yang hebat ketika datang orgasmenya. Aku
dibuatnya puas dengan kenyataan imajinasiku malam Minggu itu. Sabtu malam atau
minggu dini hari yang benar-benar hebat. Aku bersenggama dengan Vina dalam bebrapa
posisi. Terakhir, sebelum posisi konvensioal, aku melakukan lagi posisi 69 di
tempat tidur.
Ahh Vina,
dia berada dalam pelukanku sampai Minggu pagi jam 8 dan masih tertidur di
kamarku. Aku bangun duluan dan agak sedikit kesiangan. Ketika melihat ke luar
kamar, ohh tidak ada apa-apa. Kulihat kedua cucu ibu kostku sedang bermain di
halaman. Mereka tidak mengetahui di tempat mereka bermain itu telah menjadi
bagian sejarah seks hidupku dan Vina.
0 komentar:
Post a Comment