SangekNihh – Revina Temanku Yang Sexy - Kali ini SangekNihh
akan menceritakan Cerita Sex Terbaru saat menyetubuhi Revina Temanku Yang Sexy. Mau tahu kelanjutan ceritanya?
Langsung aja yuk baca dan simak baik-baik pengalamanku ini.
Dengan berdebar-debar akupun bergegas mengintip dari pintu,
ternyata Revina! Ketika aku bukakan pintunya, Revina langsung bergegas masuk
meninggalkan aku di depan pintu sambil terbengong-bengong. Hari itu Revina menggunakan
kaus hitam berkerah rendah dilapisi dengan bleser coklat tua, dengan rok
berbahan kulot bercorak coklat tua. Begitu sudah di dalam Revina langsung
membuka blesernya yang ternyata memperlihatkan kausnya berlengan buntung.
Menambah kontras dengan warna kulitnya yang putih bersih. Sementara aku hanya
menggunakan T-Shirt dan bercelana pendek. Kemudian dia duduk di tepi tempat
tidur, menghadap ke TV.
“Kenapa sih lu, bengong gitu liatin gue?” kata Revina.
“Nggak, cuma heran aja sama lu, masuk ke dalam tanpa
ngomong, buka bletser terus duduk nonton TV”
“Siapa yang mau nonton, gue kan cuma baru dateng. Sori, yah,
gue nggak nyapa lu dulu. Malah nyelonong masuk. Terus terang gue bingung,
jantung gue deg-degkan nih” kata Revina.
Akupun menyadari suasana seperti itu, kemudian aku
menawarkan minum kepada Revina untuk mengendurkan suasana yang kaku. Setelah
aku membuatkan teh yang diminta Revina, akupun duduk di bawah sambil bersandar
ke tempat tidur. Revina yang berada didekatku meminum teh suguhanku sambil
tetap duduk di pinggir tempat tidur. Posisi ini membuat aku bisa mudah
memperhatikan lekuk kakinya yang bagus, yang sejak dulu aku kagumi, karena
tepat berada di samping mukaku. Putih bersih tanpa noda. Sekali kali aku
membuka pembicaraan dengan topik yang umum saja. Maksud aku hanya untuk
mengendurkan suasana, dan ternyata aku berhasil. Aku dapat melihat bahwa Revina
sudah dapat rilex dengan susasana ini karena dapat menimpali pembicaraanku
dengan cepat dan sekali-sekali tertawa mendengar celotehanku.
Setelah Revina minum teh, dia berdiri dan meletakkan
gelasnya di atas meja di samping TV, kemudian duduk dibawah, disamping kananku
dengan bersandar pada tempat tidur. Sambil terus berbicara, aku mencoba memeluk
pundaknya dari samping, dan tangan kiriku memegang tangan kirinya. Sambil terus
kami berbicara, aku mencoba merasakan kehalusan kulitnya dengan
sentuhan-sentuhan halus ujung jariku yang aku lakukan. Dari pundak aku sentuh
turun ke telapak tangannya, silih berganti. Sentuhan-sentuhan lembut yang aku
lakukan tidak di pungkiri membuat Revina terpengaruh, walaupun dia tetap saja
berbicara. Terbukti bulu-bulu pada tengkuknya terlihat berdiri, karena ulahku
itu. Ditambah lagi sekali-kali aku mencium pundaknya. Sentuhan tangan kananku
yang tadi dengan tangan kiriku menyentuh tanganganya, kini berpindah ke
perutnya, sementara tangan kiriku masih memberi sentuhan pada tangan kirinya.
Sentuhan pada perutnya terus beranjak naik, sampai aku menyentuh payudaranya
walau masih di balut dengan bra dan kausnya. Lama aku melakukan aksi tersebut
sambil memberikan sentuhan dari luar.
Kemudian tanganku itu turun kembali kebawah yang kemudian
meyusupkan ke dalam kaus Revina. Sentuhan pada perutnya aku langsung berikan
tanpa halangan dari kausnya. Terus naik ke atas sampai aku menemukan
payudaranya yang masih terbungkus payudara. Begitu kenyal dan nikmat sekali
rasanya, meremas-remas payudaranya dengan lembut, kemudian aku berusaha
mencari-cari putingnya sambil terus meremas lembut serta memberi kecupan pada
pundaknya. Revina yang sudah mulai merasakan perbuatanku itu sambil memejamkan
matanya, sudah terdiam sejak tadi tiba-tiba menepis ulahku itu sambil menarik
tanganku dari balik kausnya, “Sudah, yah..” kemudian dia mengecup bibirku, yang
di jawab dengan lumatanku sambil terus memberi sentuhan. Kali ini yang manjadi
sasaranku adalah kakinya, karena posisi Revina agak sedikit miring ke arah aku.
Sedikit demi sedikit tanganku meraba, dan menyentuh kakinya sampai aku
menyusupkan dibalik roknya. Didalam roknya tanganku mulai mencari-cari pangkal
pahanya yang masih tertutup dengan celana dalamnya.
Rangsangan yang aku berikan mungkin menambah panas suasana,
karena Revina menyambut lumatanku dengan bergairah. Kemudian tanganya mulai
meraba-raba gundukan di balik celana pendekku yang sejak dari tadi menegang
hebat, yang kemudian aku membimbing tangannya untuk memasukkan ke dalam
celanaku. Terus aku melanjutkan aksiku di dalam roknya. Aksinya yang memijat
nikmat penisku dari dalam celana, membuat aku bernafsu sekali. Akupun menyudahi
lumatanku dan kecupanku pada lehernya, dan langsung menurunkan kepalaku ke
bawah, untuk memberi kecupan dan jilatan kecil pada kedua kakinya. Dari bawah,
terus ke arah pangkal kaki, sedikit demi sedikit aku memberi sentuhan, kecupan
dan jilatan pada kedua kakinya. Sampai akhirnya di pangkal kakinya, dengan
menyibakkan roknya sedikit demi sedikit, akhirnya aku dapat melihat celana
dalamnya yang berwarna coklat yang sangat muda. Akupun lebih bernafsu untuk
memberikan jilatan disekitar pangkal pahanya. Begitu aku berniat untuk
menurunkan celana dalamnya, Revina tiba-tiba berdiri dan duduk di pinggir
tempat duduk. Posisi aku yang sudah terlanjur memegang karet CD-nya, malah
membuat turun agak kebawah karena Revina berdiri. Revina yang tahu hal itu
langsung menurunkan roknya dan duduk di samping tempat tidur.
“Kita jangan sampai ML, yah?” kata Revina.
“Memangnya kenapa? Tuang spermanya gimana? Gini aja, gue
akan merangsang lu sampai keluar, setelah itu gue masukin punya gue dan
tumpahkan sperma gue didalem, gimana? Soalnya kalau numpain doang mah, yang
enak gue aja dong?” pintaku kemudian.
“Sama aja donk kita ML?”.
“Nggak lama kok, paling kalau gue sudah nafsu banget kaya
gini, paling lama semenit!” sergahku.
“Makanya lu gue buat klimaks dulu, baru gue masukin”.
“Tapi..” belum sempat Revina meneruskan aku sudah melumat
bibirnya yang seksi itu, sambil tangan kiriku meraba-raba selangkangannya dari
balik rok. Terasa basah disitu. Kerena lumatanku dibibirnya dan rangsanganku
dari bawah, Revina merebahkan dirinya diatas kasur dengan posisi kaki yang
menjuntai ke bawah tempat tidur. Akupun masih terus bergerilya, atas-bawah.
Kemudian aku menurunkan arah seranganku ke bagian bawahnya. Dari leher, pundak,
aku remas payudaranya, terus ke perutnya, sampai dengan aku menyibakkan kembali
roknya. Disitu aku melihat posisi celana dalamnya yang sudah merosot ke bawah,
walaupun masih diatas dengkul, tapi sudah memperlihatkan bulu-bulu yang hitam
dan halus serta terawat dengan rapi.
Untuk beberapa saat aku masih kagum dan takjub dengan
pemandangan itu. Dari posisi di samping Revina, akhirnya aku memberi sentuhan
halus melalui bibir dan kecupanku di sekitar selangkangannya. Sedikit demi
sedikit memberi kecupan dan sentuhan, dan terus turun ke kakinya, sampai aku
turun dari atas tempat tidur memberi kecupan pada kakinya yang menjuntai
kebawah. Kemudian masih terus mengecup kakinya dari bawah terus ke atas lagi,
dan sedikit demi sedikit aku menarik turun celana dalamnya sambil memberi
kecupan dan jilatan kecil pada sekujur kaki indahnya yang aku kagumi itu.
Setelah celananya aku lepas, dalam posisi duduk di bawah dan menghadap ke arah
selangkangan Revina, aku membuka kakinya lebar-lebar kemudian dengan meletakkan
kedua pahanya di atas pundakku, dan aku langsung melahap vaginanya yang terawat
sangat rapih sekali. Dengan kulit bersih, bulu yang halus, vagina yang dimiliki
Revina sangat bagus sekali. Yang membuat diriku jadi bernafsu sekali dan ingin
sekali menyutubuhinya. Aku melumat vaginanya dengan sangat bernafsu sekali,
sampai terdengar erangan lepas Revina yang sudah tidak tertahankan sambil
menggeliat kekiri dan kekanan.
Erangan-erangan Revina tersebut membuat diriku lupa, dan
terus melumat dan menjilat vagina nan indah itu, sambil memberi elusan kepada
kedua pahanya dengan kedua tanganku. Elusanku itu kemudian beralih ke atas.
Dari balik kausnya aku memberi sentuhan-sentuhan ke perutnya, sampai akhirnya
aku memeras halus kedua payudaranya yang sebelumnya sudah aku keluarkan dari
‘cup’ yang hanya menutup setengah dari payudaranya. Remasan halus yang aku
berikan memberikan nuansa kenikmatan tersendiri bagiku.
Karena selain kulitnya yang sangat halus, ukuran dan
kekenyalannya membuat aku makin bernafsu untuk menyetubuhinya. Walaupun aku
belum melihat payudaranya secara langsung, karena masih tertutup di balik kaus.
Setelah beberapa menit, tiba-tiba Revina mengangkat pantatnya tinggi-tinggi dan
kedua kakinya menjepit kepalaku ke arah selangkanganku. Sambil setengah teriak
yang tertahan Revina berkata,
“Nnnto, .. Aku mau keluarr.. Aduhh!!” kemudian Revina mengejang
untuk beberapa saat.
Aku yang masih terus melahap vaginanya, merasakan ada cairan
yang keluar dari dalam vaginanya. Setelah Revina terhempas lemas, aku masih
saja membersihkan cairan cinta yang keluar dari dalam vaginanya. Setelah itu
baru aku merangkak naik sambil menyibakkan kausnya untuk melihat payudaranya,
setelah terlihat, aku menjilatinya dengan lahap. Revina yang masih keletihan
setelah orgasme yang pertama, hanya terlihat pasrah saja. Karena aku sudah
sangat bernafsu sekali, aku langsung melepas celanaku. Rotanku yang sudah
sangat keras memang sedari tadi sudah membuat aku tidak nyaman. Dalam keadaan Revina
yang pasrah tersebut, Aku langsung memasukkan penisku dalam lubang cinta milik Revina.
Seret, tapi nikmat sekali.
“Aduh! Ahh..” desah Revina sambil memejamkan matanya.
Sedikit demi sedikit aku masukkan, kemudian aku tarik
sedikit, aku masukkan lagi yang lebih dalam, yang akhirnya aku menyodoknya
dalam-dalam sampai mentok dengan pangkal penisku. Kamipun menyatu, dan
keinginan aku tadi untuk menyutubuhinya sudah terpenuhi. Karena desahan-desahan
Revina yang membuat aku sangat bernafsu sekali, sambil memeluk tubuh Revina yang
masih berpakaian lengkap aku segera menggenjot tubuhnya dengan cepat. Akhirnya
dengan hitungan cepat pula, akupun sudah tidak tahan untuk menyemburkan lahar
panasku. Aku langsung mendekap Revina kencang-kencang sambil menekan
dalam-dalam penisku ke dalam vaginanya.
“Ahh, .. Gue keluar” akupun menyemburkan cairan cintaku di
dalam rahim Revina. Perasaan nikmat menjalar di dalam tubuhku. Untuk beberapa
saat aku masih mendekap tubuh Revina karena belum mau melepaskan rasa nikmatku
itu. Beberapa saat kemudian akupun bergulir terlentang disamping Revina. Sambil
memegang tangannya, akupun berkata,
“Enak banget punya lu, Vin. Untung lu bukan istri gue. Kalau Istri gue, ntar gue jadi males
kekantor gara-gara nafsu terus ama lu”.
“Hehehe, punya lu juga enak kok. Cuma sayangnya cepet amat!”
kata Revina, “Sepertinya barang lu itu lebih besar deh, dari punya Randy.
Soalnya gue ngerasa agak mampet di vagina gue”.
“Masa sih? Ah, lu bisa-bisanya aja. Emang sih, tadi cepet
banget. Abis gue sudah nafsu banget pingin nyetubuhin elu. Lagian tadi kan, lu
bilang nggak mau ML. Jadi, dari pada waktu gue sudah nafsu banget dan sudah
masukin barang gue tiba-tiba lu tadi nolak, atau kabur? Kan gue yang rugi.
Mending gue nyetubuhin elu dengan cepat. Yang penting nafsu gue tersalurkan.
kalau mau yang lama ntar aja kita coba lagi, yah?”.
“Hahaha, emang dasar lu! Emang lu nggak capek?” kata Revina sambil
tertawa renyah, saking gemasnya membuat aku langsung melumat bibirnya yang
seksi itu. Lama aku melumatnya, yang kemudian aku bangun meninggalkanya untuk
pergi membersihkan penisku di kamar mandi.
Di kamar mandi aku membersihkan sisa-sisa cairan cintaku
yang masih melekat dengan air hangat shower. Tidak lama setelah aku masuk ke
dalam kamar mandi, Revina ikutan masuk, untuk membersihkan cairan cintaku yang
keluar dari vaginanya. Sambil mengangkat kaki kanannya ke atas closet dan
menghadap ke cermin besar, Revina membersihkan vaginanya dengan tisyu WC.
Sementara aku yang sedang mengeringkan penisku dengan handuk, terus
memperhatikan kaki jenjang yang indah itu dan aktifitas Revina. Kakinya yang
putih bersih nan indah itu, terlihat apik sekali kalau dilihat dari belakang
yang tiba-tiba membuat libidoku naik.
Rupanya Revina juga memperhatikan aku melalui pantulan
cermin di depannya (shower berada di depan cermin). Dia tersenyum melihat aku
tidak berkedip melihat dirinya. Senyumannya itu lho, aduh.
“Vin,
jangan senyum-senyum gitu, napa?” kataku dengan gemas.
“Lhaa, emang kenapa? Kan lu juga ngeliatin gue terus, kan?”
kata Revina. Aku menghampiri Revina yang masih sibuk membersihkan cairan yang
merembes di paha sisi dalam.
“Kok, di bersihin, Vin? katanya mau di jadiin?”
“Cuma yang di luar aja, kok. Lagian nggak enak kalau buat
jalan, ada sperma di paha gue”. Sambil Revina bicara, aku mencium lehernya yang
putih itu, sambil memeluknya dari belakang.
“Ihh, geli doonk!” protes Revina, karena membuat tidak
leluasa membersihkan pahanya. Aku nggak peduli, sambil jongkok malah terus
menciumi kakinya yang terangkat itu sambil tangan kiriku mengelus sekujur
kakinya yang berpijak di lantai, kemudian sedikit demi sedikit terus ke atas,
sampai kemudian aku menciumi lehernya kembali. Dalam posisi berdiri dan
setengah memeluk dari belakang, aku terus menerus menciumi Revina yang sudah
mulai terpejam dan menikmati sentuhanku itu. Kemudian tangan kananku menuju
selangkangannya dan bermain-main dengan lembut pada bulu-bulu halus dan sekitar
vaginanya. Sementara tangan kiriku menyusup ke dalam kausnya mencari daging-daging
kenyal yang tertutup bra.Sedikit demi sedikit Revina terpengaruh dengan aksiku
itu. Tanpa membuang waktu lagi aku menyodorkan penisku yang sudah setengah
online ke vaginanya. Perlahan tangan kananku itu membimbing penisku ke vagina Revina
dari belakang, sementara Revina memberi peluang dengan meninggikan pantatnya
dan tanganya bertumpu dengan sikunya pada pinggir wastafel. Rasa nikmat dan
hangat menjalar pada kami berdua saat penisku masuk ke dalam vagina Revina.
Kemudian aku menyodoknya perlahan sekali untuk memberi nuansa yang lebih nikmat
dan sensual, sementara aku memeluknya dari belakang dan memeras lembut
payudaranya, sambil terus mengecup tengkuknya dan lehernya. Perlakuanku
tersebut membuat kami benar-benar menikmati persetubuhan kami itu. Sambil
terpejam dan sekali-kali mengigit bibirnya, dari mulut Revina mengeluarkan
suara desahan lembut. Aku menyetubuhinya berdiri dari belakang sambil
memperhatikan Revina dari kaca, melihat gocangan payudaranya, desahannya, dan
ekspresi mukanya yang sensual, menambah gairahku saat itu.
Di menit yang kesekian, Revina menurunkan kakinya dari atas
closet dan masih bertumpu di depan cermin, dia menunggingkan pantatnya ke
belakang yang membuat aku dapat menikmati bongkahan pantat yang indah. Sambil
sekali-sekali meremas pantatnya itu, aku menyodoknya terus menerus yang
diimbangi oleh Revina dengan goyangan pada pantatnya dan menekan ke pangkal
penisku.
Menit demi menit berjalan dengan nikmat. Kami masih bertahan
dengan posisi yang sama. Sampai aku merasakan denyutan halus di dalam vagina Revina
yang makin terasa. Sambil menyusupkan tanganku di balik kausnya, yang membuat Revina
dalam posisi nungging menyondongkan badannya ke belakang membuat aku dapat
meremas payudaranya dengan mudah.
“Ssshh, uuhh.. Hmm.. Ssh, gue mau sampai, To..”
“Tahan sebentar yah Vin, gue juga.. Uhh, nikmat banget, tahan sebentar..”
Aku merasakan denyutan di vaginanya kian terasa, yang
kemudian Revina mulai mengejang. Akupun yang sudah sampai puncaknya, dengan
rapat memeluknya dari belakang serta memberi sodokan-sodokan terakhir penisku
dengan keras. Kamipun bergetar hebat, menikmati persetubuhan kami itu dengan
klimaks bersama. Sementara cairan cintaku yang aku tumpahkan di dalam vagina Revina
terasa hangat bercampur dengan cairan cintanya. Nikmatnya persetubuhan kami itu
dirasakan oleh kami berdua, terbukti dengan bulu halus pada tengkuk Revina terlihat
berdiri, yang kemudian aku kecup dengan lembut.
Revina berbalik diperperlakukan seperti itu, kemudian
mengecup lembut bibirku, yang aku jawab dengan kecupan-kecupan lembut pula
dibibirnya yang seksi. Entah kenapa, aku merasa senang sekali memperlakukan Revina
seperti itu. Sentuhan, kecupan yang lembut, aroma tubuh dan hembusan nafas
serta dekapan kami berdua menambah mesra suasana romantis saat itu. Sementara
suara TV di ruang tidur mengumandangkan lagu Cinta Kita dari Titi Dj,
“Aku tetap bertahan.. walau badai datang menerjang.. Menjaga
cinta, kita, slalu bersama.. Sungguh cinta kita tiada.. Duanya..”.
Kecupan demi kecupan, belaian demi belaian kami lakukan.
Hembusan nafas yang memburu menambah gairah kami, yang sebelumnya telah
melakukan persetubuhan dengan kenikmatan sensual dan romantis. Sambil
berpagutan, aku mendorong Revina perlahan-lahan ke tempat tidur. Dalam posisi
duduk di tepi tempat tidur, aku pangku Revina tanpa melepaskan pagutan kami
berdua, yang menambah panas suasana di ruangan itu. Revina itapun dengan
bergairah melepaskan pakaianku yang masih tersisa, sementara akupun tidak
tinggal diam. Kaus Revina pun aku buka, dan terpampanglah buah dada yang kenyal
itu, sedikit terbungkus dengan bra. Aku langsung menciumi buah dada Revina sambil
membuka ikatan dari depan. Setelah terbuka, aku pelintir putingnya dan aku
sedot puting satunya. Dicium, menjilati, dan aku remas dengan lembut buah dada Revina
yang indah itu dengan penuh kasih sayang. Desahanan Revina menjadi-jadi,
setelah ia memasukkan penisku ke dalam vaginanya sendiri perlahan-lahan sekali.
Sambil memeluk Revina, aku menciumi seluruh area dadanya, tanpa kecuali bahu dan
ketiaknya, Sementara Revina perlahan tapi pasti menaik-turunkan tubuhnya dengan
sekali-sekali memutar pantatnya dengan halusnya tatkala penisku tertancap jauh
di dalam vaginanya.
Menit demi menit, suasana romantis tersebut bertambah nikmat
dengan perlakuan kami berdua, yang memberi belaian, kecupan, rangsangan dengan
rasa cinta, romantis dan penuh kasih sayang. Goyangan Revina pun menjadi-jadi,
dengan meningkatnya gairah kami berdua. Tatkala gerakan Revina bertambah cepat,
akupun mendekapnya dengan erat sambil memberikan sodokan-sodokan ke atas,
sampai jeritan panjang Revina yang merasakan ejakulasi setelah mendapat
orgasmenya tersebut. Tanpa melepaskan pelukan, aku mengejang untuk beberapa
saat dan menikmati persetubuhan kami yang nikmati dan kemudian memberikan
kecupan sayang kepada Revina yang telah memberikan kenikmatan dalam
persetubuhan. Sambil memeluk Revina, Aku ambuk ke belakang. Aku membelai
rambutnya, mengecup kening dan bibir Revina yang terlihat sangat letih tapi
terlihat cantik, walaupun terihat rambut seluruh mukanya dan tubuhnya basah
bermandikan keringat.
“Lu keliatan capek, Vin. Istirahat dulu aja,” kataku.
“Nggak ah, gue emang capek, tapi seneng banget ngelayanin
lu. Abis enak banget!” kata Revina kemudian.
“Enak barang gue, atau lu emang doyan sex?”
“Dua-duanya sih.. Hahaha, tapi sentuhan lu itu lho, bikin
gairah gue berkobar! Touch of Art..”
Aku tertawa mendengar kelakar Revina tersebut. Kemudian aku
bangkit menuju kamar mandi untuk buang air kecil dan membersihkan sisa cairan
cinta kami berdua, sementara Revina Revina bergerak ke arah bantal besar diatas
tempat tidur. Di kamar mandi aku menyempatkan untuk menghisap sebatang rokok
kesukaanku. Sambil menghisap aku memandang cermin di depanku,
“Bermimpikah aku ini” batinku. Aku cubit-cubit mukaku,
perih.
“Berarti aku nggak mimpi. Aku menyetubuhi Revina? Wah..”
Sambil menghisap rokokku, aku tersenyum bangga sekali,
karena bisa tidur dengan Revina. Setelah hisapan terakhir rokokku, aku berkumur
dengan pengharum mulut dan kembali ke ruang tidur.
Di atas tempat tidur, ternyata Revina sudah tertidur lelap.
Dengan posisi setengah tengkurap (miring) ke kiri, satu kaki tertekuk ke depan,
dan kaki satunya lurus sejajar dengan tubuhnya. Pemandangan erotis yang aku
lihat, pantatnya yang bulat, dengan posisi seperti ini membuat libidoku naik
dengan cepat. Perlahan-lahan aku merangkak menghampiri Revina. Dalam posisi
yang sama, vagina Revina aku masukkan dengan penisku yang sudah setengah
tegang, bless. Sedikit-demi sedikit aku masukkan dengan bantuan tangan kananku,
sementara tangan kiriku membelai bongkahan pantatnya. Setelah penisku masuk
hampir semua, aku maju-mundurkan perlahan-lahan, sementara kedua tanganku
bergerilya ke suluruh kaki dan pantatnya. Sodokan-sodokan halus yang aku
lakukan ternyata tetap membuat Revina tersadar dari tidurnya, yang kemudian
menoleh ke arahku.
“Auhh.. uhh, To.. Belai aku dong.. Nikmat juga nih! Geli..”
kata Revina kemudian.
Sodokanku kemudian lebih cepat dan berirama sambil mengusap
sekujur tubuh serta meremas halus buah dadanya.
Setelah puas, aku menyuruh Revina untuk tengkurap, dengan
pantat ditinggikan. Dalam posisi tersebut, aku setubuhi Revina dari atas yang
mengerang dan mendesah erotis sekali. Bongkahan pantat Revina pun tak luput
dari remasan tanganku. Setelah aku bergerilya di seluruh tubuhnya, buah dadanya
yang terhimpit dengan kasur tidak luput juga dari remasan tanganku. Sodokan
demi sodokan aku berikan serta keringat kami yang membanjir, menghasilkan citra
rasa dan gairah pada kami berdua.
Erangan, desahan kami berdua serta sentuhan-sentuhan kami
membuat gelora birahi kami memuncak. Sampai pada puncak gairah kami itu, aku
menyuruh Revina untuk terlentang. Dengan gaya konvensional tersebut, aku
setubuhi Revina sambil memeluk erat tubuhnya untuk mengakhiri sesi ini. Dekapan
aku buat dan pagutan kami diakhiri dengan ejakulasi kami yang hampir bersamaan.
Bermula dari aku yang mengejang sambil mendekap erat tubuh Revina serta
mengigit lehernya dengan bibirku, kemudian Revina menyusul dengan mendekap
punggungku dengan himpitan kakinya yang erat pada pinggangku, menambah pesona
tersendiri bagi kami berdua karena menambah masuknya penisku ke dalam vagina Revina.
Setelah itu aku memberikan ciuman mesra kepada Revina dengan rasa sayang.
Menit berikutnya aku ambruk disampingnya. Peluh kami sudah
tidak terkira banyaknya disertai nafas kami berdua yang tersenggal. Setalah itu
kamipun mandi berdua, sambil bercanda aku dan Revina saling memandikan dengan
mesranya. Setelah selesai, kami mengeringkan tubuh kami bersama dan pergi ke
tempat tidur. Diatas tempat tidur, kami tidur berpelukan dengan mesra tanpa ada
rasa canggung. Sementara di TV menampilkan lagu ‘Bilakah’ dari grup musik Ada
Band, kamipun kemudian tertidur pulas.
Aku tidak tahu sudah berapa lama tertidur, sampai kurasakan
ada sesuatu yang geli pada selangkanganku. Sewaktu terbangun, kulihat Revina sedang
mengulum dan menjilati penisku seperti makan candy. Dari mulai biji pelir
sampai lubang penisku, tidak luput dari sergapan lidah dan kuluman Revina. Rasa
nikmat menjalar di sekujur tubuhku tatkala Revina mengulum penisku disertai
dengan sentuhan giginya di ujung penisku. Penisku yang sudah mengeras bertambah
keras diperlaskukan sedemikian rupa olehnya. Setelah itu Revina mengambil
posisi berjongkok di atas penisku. Sambil mencengkram dan membimbing penisku ke
arah lubang cintanya, sedikit-demi sedikit penisku masuk. Kemudian ditarik
kembali, digosok-gosokkan di sekitar lubang vaginanya dan dimasukkan kembali.
Setelah amblas sampai biji pelirku menyentuh bibir kemaluiannya, Revina mulai
menaik-turunkan tubuhnya perlahan-lahan.
Aku tidak tinggal diam. Kuremas pantatnya silih berganti
yang kemudian beralih pada buah dadanya. Revina yang bergerak naik turun dengan
cepat kemudian memutar-mutar pantatnya diatasku, membuat rasa sensualitas pada
gairah kami berdua. Kemudian dia menunduk untuk merapatkan tubuhnya diatas
dadaku, yang aku balas dengan dekapan mesra dan ciuman bertubi-tubi pada bibir
dan lehernya sambil memberikan sodokan keras dari bawah. Aku kemudian meminta Revina
untuk memutar tubuhnya membelakangi diriku. Dalam posisi tetap di bawah, aku
dapat memelihat bongkahan pantatnya menghantam penisku dengan mantap. Akupun
dapat leluasa meremas pantatnya dengan sekali-kali meremas-remas punggungnya.
Menit berlalu tanpa terasa, dengan posisi yang sama kami meraup kenikmatan dan
sensualitas bersama.
Setelah itu aku meminta Revina untuk menungging. Dengan
posisi doggy style aku menyetubuhinya sambil meremas buah dadanya dengan
lembut. Sodokan-sodokan yang lembut, gigitan kecil dan usapan lembut pada sekujur
tubuh Revina membuat diriku tidak dapat membendung gairah puncakku itu. Yang
kemudian aku meminta Revina untuk kembali pada posisi awal, aku dibawah dan Revina
diatas untuk dapat mendekapnya dengan mesra. Sodokanku dari bawah dan himpitan
selangkangan Revina dari atas menambah menit akhir orgasme kami kian dekat.
Sambil menyodok dari bawah akupun mengusap lembut lubang duburnya yang kemudian
menambah getaran tubuh dan denyutan yang keras pada vaginanya. Pada posisi
tersebut dan saling mendekap erat, kami mengakhiri persetubuhan kami itu dengan
tubuh kami yang saling mengejang dan semburan cairan cinta kami di dalam rahim Revina.
Setelah berakhir, Revina jatuh disisiku dengan rasa yang sungguh nikmat.
“Uhhff.. Baru kali ini gue ngerasain enaknya bercinta,” kataku
kemudian.
“Kalau tahu seperti ini, mungkin dari dulu gue sudah minta
ke elu sebelum elu digosok abis ama laki lu..”
“Enak aja lu! Emang gue mau ngasih perawan gue ke elu!
Jangan konyol..” kata Revina sambil melempar bantal ke arahku.
“Eh, tapi kan elu tadi nikmatin juga persetubuhan kita?”
“Iya siih, tapi kan karena gue mau cepet dapat anak. Kalau
perawan gue tetep dikasih ke suami gue, donk”
“Seett, pelit amat sih lu!!” kataku itu disambut dengan
lemparan bantal lagi oleh Revina. Aku yang sudah tahu gelagat dapat menghindari
lemparan tersebut dan lari ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Setelah
selesai giliran Revina untuk membersihkan diri.
Waktu sudah menunjukkan hampir jam tujuh malam, ketika Revina
pamit kepadaku untuk kembali ke rumah. Akupun mendekapnya dengan mesra serta
memberinya kecupan pada kening dan bibirnya. Setelah itu kamipun berpisah, Revina
pulang dan aku tetap di hotel, kembali istirahat untuk mengembalikan staminaku
yang terkuras. Aku memang berminat checkout pagi-pagi setelah sarapan.
Hari-hari berikutnya di kantor, aku tetap bertemu dengan Revina.
Bila bertemu dan berbicara, kami berbicara dan bersikap seperti biasa saja
seolah-olah tidak ada kejadian apapun pada kami berdua. Sampai kira-kira pada
minggu ke-2 atau ke-3 setelah kejadian itu, Revina memberi kabar bahwa dia
hamil. Dan Revina memastikan bahwa anak yang dikandung tersebut adalah anakku,
karena disesuaikan dengan umur kandungan dan peristiwa yang kami lakukan. Dari
perselingkuhannya dengan aku pertama kali hingga kini, aku telah melakukan
persetubuhan dengannya dua kali lagi, dimulai dari Revina memberitahukan bahwa
dirinya hamil. Walaupun kami tidak melakukannya seperti pertama (kami hanya
melakukan sekali setiap pertemuan), karena takut merusak janin yang ada dalam
kandungannya. Sampai kami sepakat untuk tidak melakukannya lagi, mengingat
tujuan perselingkuhan kami semula, dan untuk menghormati suami Revina.
0 komentar:
Post a Comment