SangekNihh - Ngentot Dengan STW Bawahanku - Kali ini
SangekNihh akan menceritakan Cerita Sex Terbaru ketika aku Ngentot Dengan STW
Bawahanku. Mau tahu kelanjutan ceritanya? Langsung aja yuk baca dan simak
baik-baik pengalamanku ini.
Saat ini aku berusia 35 tahun dan sudah berkeluarga.
Ceritaku ini berlangsung kurang lebih dimulai 11 tahun yang lalu. Setelah lulus
kuliah aku diterima di sebuah perusahaan. Aku memulainya sebagai Management
Trainee. Beberapa waktu kemudian aku diangkat sebagai manager. Karena perusahaan
ini adalah perusahaan yang sudah establish, maka bawahan-bawahanku banyak yang
sudah berumur, dalam arti kata rata rata umur anak buahku diatas umurku.
Aku mempunyai seorang anak buah yang sudah bersuami dengan 1
orang anak. Aku tidak mengetahui bahwa setiap kupanggil, dia menampakkan wajah
yang berbeda dibanding dengan teman temannya. Senyumnya yang enawan seringkali
dilemparkannya kepadaku. Akupun hanya membalas seadanya saja (maklum untuk
menjaga wibawaku). Suatu saat pernah dia menumpang pulang bersamaku, karena
kebetulan rumah kami satu jurusan. Itupun dilakukannya beramai ramai.
Umurnya sebenarnya sudah menginjak 30-an waktu itu (sehingga
selisih hampir 6 tahun denganku). Makin lama dia sering pulang bareng denganku.
Suatu saat kami diberikan kesempatan pulang bareng hanya berdua saja. Supaya
nggak diketahui oleh teman temannya aku janjian disuatu tempat yang telah kami
tentukan. Bertemulah aku di tempat yang telah ditentukan. Sepanjang perjalanan
di dalam mobilku, kami lebih banyak diam. Kulirik dia, dia lebih banyak melihat
ke wajahku. Perlahan lahan kutanyai dia tentang kehidupan pribadinya. Dia
menjawab dengan sekenanya saja - dan aku rasakan dia malas untuk mengungkapkan
kehidupan pribadinya.
"Ada apa sih..", sambil kuberanikan untuk memegang
pahanya. Eh ternyata dia diam saja.
"Pak.., aku sebenarnya sangat mengagumi Bapak",
begitu kata dia memujiku.
"Ah.. nggak.., biasa saja koq", begitu
balasku".
Pelan pelan tanganku langsung meraba ke pahanya.
Gesekan-gesekan di pahanya membuat dia menepiskan tanganku. Kemudian kudiamkan
saja dan tanganku kembali memegang kemudi. Kembali kami terbalut dalam kebisuan
lagi. Kemudian tangannya aku letakkan di pahaku. Eh.., ternyata dia menurut.
Dia kemudian aku bimbing untuk mengelus elus elus pahaku. dan dia menurutinya.
Aku naikkan tangannya supaya memegang lebih keatasnya, yakni ke batang
kemaluanku (yang masih ditutupi celana tentunya). Tanganku kemudian kembali
mengelus elus pahanya.
Pelan pelan tanganku kumasukkan ke dalam roknya. Dia diam
saja, malahan elusan ke penisku makin ditingkatkan frekuensinya. Tanganku masih
terus saja mengelus elus pahanya, dan kuberanikan untuk naik ke atasnya. Aku
tidak melihat bagaimana bentuk dan warna CD yang dia pakai. Kulihat speedometer
di mobilku hanya berjalan dengan kecepatan 40 km/jam.
Elusanku makin menjadi jadi dan kumasukkan jari telunjukku
ke dalam celena dalamnya. Kurasakan labio mayoranya basah. Jariku terus
berpetualang lebih ke dalam lagi. Kulihat matanya terpejam dan menggeloyorkan
badannya.
Gerakan masuk keluar masuk keluar kulakukan. Erangan-erangan
kecil yang di timpali suara mesin mobil menenggelamkan suaranya. Tanganku
kemudian kucabut dari jepitan selangkangannya. Aku memegang kepalanya dan
kubuka resluitingku, kukeluarkan kemaluanku.
Aku benamkan kepalanya, untuk mengulum batang kemaluanku.
Dia ternyata menuruti kemauanku.
"Agh.. ohh.. agh.. ohh..", erangannya.
Tanganku kemudian aku masukkan kembali ke selangkangannya.
Dimainkannya mulutnya untuk memutar mutar penisku. Karena aku tidak kuat lagi,
maka di pinggir jalanan yang agak sepi, maka kupinggirkan mobilku.
Dia isap terus kemaluanku.., ditimpali dengan erangannya.
"Ogh Pak.., terus Pak.. enak Pak".
Aku sendiri berkelonjotan tidak karuan karena nikmatnya.
Eranganku semakin tinggi, begitu pula dengan ngebornya, dimana ujung jari
tengahku yang menjadi mata bornya.
"Ogh.. ahh.. ogh ahh.. Aku nggak kuat lagi Pak".
Dilepaskannya kulumannya di penisku dan di pegangnya
erat-erat kedua tanganku dengan tangannya.
"Pak cepetin Pak.. ahh.. ahh.. ahh".
Dicengkeramnya badanku makin erat. Kupegang tubuhnya, dan
aku rasakan tubuhnya makin menegang, menegang dan akhirnya lemas. Kemaluanku
masih dipegangnya dengan erat. Karena dia mengatakan bahwa sudah orgasme, maka
kutarik kepalanya agar melanjutkan tugasnya. Dia kulum-kulum ujung kemaluanku,
aku menggelinjang dengan kondisi tempat yang sempit sekali karena di jok depan
mobil.
Isapannya makin kencang dan kenikmatan yang tidak terperikan
aku rasakan. Bijiku dikulum-kulumnya juga. Rasanya aku ada di ujung langit.
Melayang layang. Mataku merem melek merasakan kenikmatan yang tak terperikan
tersebut.
"Cepat sayang, ogh.. cepat.. cepat sayang. Iya bagian
situ yang enak.., iya sayang.. terus.. terus.., ahh.. ahh aku nggak kuat lagi
sayang.. ohh..", maka muncratlah seluruh air maniku.
Tahu-tahu di belakangku sudah ada mobil yang mau parkir. Aku
kemudian menstarter mobilku dengan kondisi yang masih acak-acakan. Oleh dia (oh
ya saya lupa menyebut namanya, dia
bernama Bu Devi), resluitingku dibetulkannya. Penisku dibetulkannya letaknya.
Begitulah ceritaku. Lama akhirnya kami menjadi sering pulang
bareng. Kalau berangkat kerja aku tidak pernah, karena rumahnya lebih jauh
tempatnya dibandingkan jarak rumahku ke tempat kerja. Sejak saat itu, setiap
pulang kami melampiaskan hasrat dengan melakukan seperti itu. Dan apabila ada
waktu, kami menyewa hotel sort time untuk melakukan coitus.
Suatu ketika, karena keterbatasan waktu dan beban pekerjaan,
pernah kami melakukannya di kantor. Saat itu hari Sabtu, dimana jam kerja hanya
sampai dengan pukul 2 siang. Aku lihat pegawaiku yang lain sudah pada pulang.
jam kulihat sudah menunjukkan pukul 14.20. Kemudian tidak kemudian lama bosku
pulang. Yang tertingal hanya 2 office boy. Saat aku melihat ke ruang sebelah
(meja stafku) Kulihat Bu Devi belum pulang. Rupa-rupanya dia sedang menungguku.
Timbul pikiran yang bukan-bukan di benakku. Perusahaanku
adalah salah satu penyewa ruangan di sebuah gedung pencakar langit di Jakarta
ini. Aku panggil kedua office boy yang sedang mengepel lantai.
"No.. sini", pintaku.
"Kamu dengan Ratmo tolong belikan nasi bungkus. Ini
uangnya"
Sengaja kuberikan uang yang berlebih.
"Kamu sudah makan belum?", tanyaku.
"Belum Pak", jawabnya.
"Kalau begitu, kamu makan saja di warung
belakang", dia menunjukkan raut muka kegirangan.
Maka langsung saja digamitnya tangan Ratmo, sambil
menunjukkan muka cerah dengan uang 50 ribuan di tangannya.
Setelah kulihat ruangan sepi, maka kuhampiri meja Bu Devi.
Aku tarik tangannya, dan langsung kulumat bibirnya. Lumatanku belum berhenti,
tapi ada dering telepon berbunyi.
"Udah jangan diangkat", ujar Bu Devi.
Tanganku langsung meraba raba ke gundukan payudaranya. Kami
masih dalam pakaian komplit. Aku buka resluiting celanaku, dan kukeluarkan
batang kemaluanku.
"Bu tolong diisep..", dan kubimbing kepalanya
untuk turun kebawah.
Sambil berjongkok dia mengulum penisku. Posisiku berdiri
dengan agak gemetar menahan kenikmatan yang tak terperikan. Dikulum dan
disedotnya habis-habisan pucuk kemaluanku. Hal ini berjalan kurang lebih 5
menit. Kuangkat dia, dan berganti aku yang jongkok dan dia pada posisi berdiri.
Kuangkat roknya, dan kulepaskan celana dalamnya. Belum
sampai CD-nya merosot ke bawah, aku langsung menjilati kemaluannya. Ujung
lidahku kutempelkan dan kukulum-kulum clitorisnya.
"Ahh.. Pak.. enak.. Pak.. enak.. enak".
Ditimpali dengan erangannya, maka makin menjadi jadi
kulumanku.
"Pak cepat masukkan Pak.. aku sudah nggak kuat
Pakk..".
Langsung aku berdiri dan kusandarkan dia ke pinggir meja.
Kuarahkan ujung kemaluanku ke permukaan memeknya. Kemaluanku yang sudah
menegang ini kuputar-putar dengan tanganku ke permukaannya.
"Ahh.. ahh..", hanya itu saja erangan kenikmatan
yang keluar dari mulutnya.
Karena sudah tidak tahan, maka dipegangnya kemaluanku dan
langsung dibimbingnya untuk menembus ke lubang kemaluannya. Aku langsung
menekannya.
"Ahh..", terdengar teriakan kecil yang
diucapkannya.
Aku melihat ke pintu sejenak, jangan-jangan kedua pesuruhku
tadi sudah kembali. Kulihat sejak awal permainanku tadi, baru berjalan 45
menit.
Aku gerakkan pantatku maju mundur, kuputar-putar, maju
mundur. Kadang kukeluarkan dan langsung aku tancapkan lagi. Di antara
erangannya, tangannya mendekap erat tanganku. Makin lama gerakanku makin
kupercepat. Makin erat pula pegangannya ke tubuhku. Bibirnya kulumat, lehernya
kujilat demikian pula tengkuknya. Gelinjang-gelinjang kenikmatan melandanya.
Makin lama gerakannya makin dia percepat, pinggulnya maju
mundur. Makin cepat dan akhirnya dia terpagut diam dan berteriak histeris,
sambil memegang erat tubuhku. Kurasakan jepitan di kemaluanku yang demikian
keras dan lemaslah dia. Aku menghentikan gerakanku. Beberapa saat kemudian
kugerakkan lagi, karena aku belum keluar. Kulihat bajunya sudah teracak-acak,
walaupun kami masih berpakaian lengkap. Beberapa saat kemudian, aku merasakan
kedut-kedut di ujung penisku, dan aku tahu bahwa spermaku akan segera keluar.
"Sayang, kamu kulum dong..", sambil langsung
kukeluarkan kemaluanku dari vaginanya dan kutekan kepalanya kebawah.
"Ohh.. ohh.., aku keluar sayang", isapannya makin
kencang dan kuat.
0 komentar:
Post a Comment